Kamis, 18 Juni 2015

ilmu budaya dasar (2)

Suku Arfak
(Papua)






Disusun oleh:
Zahra Fathan Kusuma
5C414631
1IA02










UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015




BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia terkenal akan budaya dan keragaman suku. Hal ini di tandai dengan macam-macam ragam budaya yang Indonesia miliki saat ini. Walaupun mempunyai perbedaan di dalam beragam budaya dan adat istiadat yang kita miliki satu sama lain, namun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa kita saling menghargai perbedaan yang ada antara satu sama lain. Suku di Indonesia beragam dari sabang sampai marauke, dan setiap suku mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Satu suku pasti mempunyai adat atau kebiasaan yang lahir sejak adat itu terbentuk. Hingga saat ini masih banyak suku di daerah-daerah Indonesia yang masih mempertahankan budaya istiadat suku nya, salah satu nya adalah suku arfak.
Propinsi Papua di Indonesia merupakan sebuah propinsi yang unik. Propinsi Papua sering kali di anggap sebelah mata oleh orang-orang karena mereka masin ber-anggapan bahwa masyarakat Papua masih primitive. Namun di balik ber-anggapan bahwa masyarakat Papua masih primitive, disitulah seharusnya kita melihat, bahwa masyarakat Papua merupakan salah satu masyarakat yang masih memegang teguh budaya dan adat isitiadat nya, budaya asli Indonesia yang masih belum tercemar oleh pengaruh dari negara-negara barat.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal serta mengetahui lebih dalam dan kita dapat mempelajari dan mengenal tentang kebudayaan, mata pencaharian, adat istiadat dan serta lain nya untuk memberikan penjelasan lebih tentang kebudayaan masyarakat Arfak. Namun selain untuk menjelaskan tentang masrayakat Arfak itu sendiri, tujuan lain yang mungkin di capai adalah untuk  dapat menambah wawasan bagi pembaca sehingga pembaca dapat mengerti lebih jauh tentang kebudayaan masyarakat Arfak di Papua.

BAB II
SEJARAH ASAL USUL
Sejarah
Di pendalaman kota Manokwari ada pegunungan Arfak yang berarti “pegunungan besar”. Penduduknya secara umum di sebut orang Arfak. Namun suku besar Arfak sendiri terdiri dari beberapa sub suku yaitu:

·         Moule
·         Meyah
·         Moskona
·         Mansim-borai
·         Kebar-karon timur(Mpur)
·         Sough
·         Hatam


Manokwari adalah ibukota Provinsi Papua Barat, yang terletak di kepala burung pulau papua. Secara Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti kampung tua. Sebab Manokwari di kenal sebagai kota tertua dan tempat di mulai nya penyebaran Injil di tahan Papua oleh Misionaris. Suku Arfak adalah  komunitas asli terbesar di Kabupaten Manokwari. Sesuai dengan nama nya, mereka tinggal di pegunungan Arfak yang merupakan salah satu dataran tinggi di Kabupaten Manokwari.
Sejak Papua dimekarkan menjadi dua propinsi yaitu: Papua dan Papua Barat, maka Manokwari sebagai ibukota Papua barat yang terus berkembang secara pesat. Ketika di gunung sumberdaya semakin terbatas, sebagian besar masyarakat mulai hijrah ke pinggr-pinggir kota manokwari. Pada saat yang sama, dari seberang lautan kapal-kapal terus berdatangan ke kota ini. Dengan adanya UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, sebenarnya ada dua hal yang perlu di garis bawahi, yaitu Affirmative Action (keberpihakan) dan protection (perlindungan). Dari keduanya, rupanya barulah Affirmative action yang mendapat penekanan dari pemerintah daerah, yaitu melalui pemihakan, pemberdayaan dan kemandirian orang asli Papua dalam berbagai aspek.

A. Asal usul kehidupan suku
Manokwari Ibukota Propinsi Papua Barat adalah bisa di bilang Propinsi yang semakin hari semakin berkembang. Untuk asal usul kehidupan suku, salah satu mampioper dalam patay menjelaskan suku atau marga yang pertama kali dating dan bermukim di suatu tempat dengan seluruh wilayah yang di jelajahi nya akan menjadi milik suku atau marga pemukim pertama di wilayah tersebut. Mereka berhak memiliki atas tanah dan sumber daya alam yang ada di dalam nya. Kelompok suku atau marga lain yang datang di kemudian hari dapat memanfaatkan tanah berdasarkan aturan yang di tetapkan pertama. Adapun pola kepemilikan dan penguasaan sumber daya alam di kelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
1) Warisan
Warisan yang berasal dari keluarga atau kepemilikan keluarga yang di beri secara turun temurun.
2) Invasi ke wilayah marga lain
3) Ekspansi ke wilayah baru
Manokwari memiliki Topografi dataran rendah perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi alam nya. Masyarakat Arfak terutama mereka yang bermukim di kawasan ini memiliki nilai dan kearifan budaya (Igya Ser Hanjob) yang artinya berdiri menjaga batas. Secara filosofis nilai ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini termasuk manusia yang memiliki batas untuk mengelola nya, bilamana misalnya batas tersebut dilanggar maka bencana akibatnya. Hakikat kosmologi adalah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bukanlah hal yang tak terbatas. Sebagai sebuah nilai (Igya Ser Hanjob) merupakan landasan hidup masyarakat Arfak sehari-hari. Orang asli Papua selalu mengindari untuk melakukan pelanggaran hak adat atas tanah dan sumber daya alam yang mereka miliki bersama.


Gambar 2.1
Asal usul kehidupan suku arfak


B. Filosofi kehidupan suku arfak
Nilai kehidupan suku Arfak bisa di lihat dari wilayah yang merupakan kebanyakan hutan, berarti hutan merupakan sumber buruan dan termaksud tempat yang cocok untuk bercocok tanam, mengambil kayu, dan lain lain. Hasil hutan tersebut menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup dan rumah tangga. Secara sosial hutan merupakan sarana pengikat hubungan sosial antar warga dan antar suku di wilayah tersebut. Hutan bisa menjadi sarana instrumen untuk mengukur status sosial atau komunitas dalam satu marga atau suku. Karena sejarah nya pada awalnya masyarakat lebih bergantung pada alam yang secara tradisional mampu menerapkan praktek-praktek pengelolaan hutan melalui kearifan lokal yang mengandung aspek konservasi. Dan secara garis besar masyarakat disana memandang bahwa hutan dan tanah merupakan komponen yang tak dapat terpisahkan. Serta mampu menyatukan antar sesama suku dalam proses pelestarian sumber daya alam tersebut.

BAB III
TRADISI SUKU
Dalam masyarakat Arfak terdapat struktur adat yang terdiri dari Andigpoy (kepala Adat), Pinjoydig (pembantu tugas kepala adat) dan pinjoy piley (pelaksana tugas). Semua komponen institusi adat harus dapat menjalankan segala tugas tugas nya sesuai dengan nilai-nilai yang bersumber dari Igya Ser Hanjob. Nilai-nilai Igya Ser Hanjob juga dapat terlihat dalam pola pengelolaan sumber daya alam nya.  
Seperti suku-suku lain pada umum nya, bahwa bangsa Indonesia tidak hanya punya rumah tradisional namun suku Arfak juga memiliki cirikhas dari segi tarian tradisional nya. Salah satu yang akan kita bahas adalah Tari Magasa. Tari Magasa ini lebih di kenal dengan sebutan tari ular. Tarian ini bisa di namakan tari ular karena pada saat di lakukan nya proses tarian di sertai dengan formasi seperti ular dengan likukan dan gerakan yang sesuai dengan irama lagu yang telah di sajikan.
Buah merah merupakan symbol budaya masyarakat papua dan juga di jadikan sebagai tarian yang di sajikan oleh pemuda-pemuda dari masyarakat suku Arfak. Tarian ini konon dapat memukau banyak orang bagi yang menyaksikan nya karena kemampuan para pemuda dalam membuat koreogradi yang natural dan sangat unik. Selain itu juga sangat kental dengan suasana tradisional di dalam nya dan itu lah yang menjadi tradisi suku masyarakat papua.


Gambar 3.1
Tradisi suku dari Arfak


A. upacara adat dan tatacara kehidupannya.
Tarian ular atau yang di sebut Magasa ini di sajikan hanya pada acara-acara penting, misalnya saat di gelar nya suatu perkawinan, saat panen datang, merayakan ulang tahun atau penyambutan tamu yang akan datang. Tarian ini di pentaskan di hadapan para peonton secara bersama-sama atau bisa berkelompok dalam mementaskan nya. Tarian ini di gerakan saling berhimpitan dan bergandengan tangan, serta menghentakkan kaki ke tanah serta melompat. Hal ini di karena kan tarian magasa berisi romantisme, keindahan, serta kepahlawanan.
Barang-barang perhiasan yang umumna dikenakan oleh pria dan wanita suku Arfak di sebut liya, yakni gelang yang terbuat dari anyaman tali rotan, demi’ya atau yang di sebut kalung, miyepa atau hiasan kepala yang di anyam menggunakan manik-manik dari bulu burung atu kasuari, dan b reya dari anyaman kulit bulu burung atau kasuari untuk hiasan kepala. Lebih dari 50 tahun yang lalu sebelum mengenal pakaian masa kini, orang suku Arfak yang pria memakai cawat yang terbuat dari kayu, dan bagi yang wanita cawat nya berupa ikat pinggang yang lebar nya 30cm, yang dalam bahasa meyah di sebut mogra.
Di dalam waktu senggang, pria duku arfak mengisi waktu nya dengan mengukir atau melukis busur dan panah-panah nya. Ukiran-ukiran yang khas itu juga mereka buat sebagai alat peralatan untuk perang atau untuk melengkapi senjata diri sendiri.


Gambar 3.2
Upacara adat suku Arfak

B. Nilai yang bisa di ambil dari tradisi suku tersebut
Walaupun banyak yang menganggap masyarakat suku Papua masih jauh dari peradaban modern, namun tata karma dan budaya adat nya masih kental dan hingga sekarang masih di berlakukan aturan sistem pelanggaran bagi yang melanggar hak adat tanah dan sumber daya alam. Pandangan dan pemaknaan masyarakat adat Papua akan tanah di Papua umumnya terkategori sebagai pandangan ekofeminisme. Tanah, di asosiasikan sebagai seorang ibu yang melahirkan, membesarkan, menjaga dan menyimpan manusia ketika meninggal dunia dan sebagai sumber kehidupan abadi. Kehadiran manusia di suatu tempat berkaitan erat dengan karakteristik sumber daya alam.

BAB IV
KESIMPULAN
Tanah Papua merupakan wilayah yang sangat luas dan merupakan salah satu wilayah yang belum banyak orang mendatangi wilayah tersebut, sehingga memungkinkan menjsdi tempat dimana terdapat banyak suku suku asli Indonesia yang mendiami wilayah tersebut dan belum kita ketahui seberapa banyak nya. Suku-suku asli Papua merupakan kekayaan budaya yang harus kita pelihara dan lestarikan keberadaan nya yang merupakan salah satu dari banyak beragam suku di Indonesia ini.
Suku Arfak merupakan salah satu dari suku yang memiliki tata cara unik untuk dapat bertahan hidup. Serta merupakan suku yang masih belum terjamah oleh dunia asing. Kita seharusnya sebagai penduduk Indonesia harus turut serta menjaga kelestarian serta kelangsungan hidup suku-suku tersebut agar tidak punah dan menghilang seiring semakin nya berkembang budaya modern.


DAFTAR PUSTAKA

http://manokwari.bpk.go.id/?page_id=1302 (di akses tanggal  18 april pukul 12.00)
https://id-id.facebook.com/notes/paling-indonesia/menengok-kebudayaan-suku-arfak/221977107844547 (di akses tanggal 26 april pukul 20.00)



ilmu budaya dasar (1)

Rumah adat Mod Aki Aksa
(Papua Barat)



Disusun oleh:
Zahra Fathan Kusuma
5C414631
1IA02




UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2014/2015



BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia di kenal dengan kaya akan budaya. Indonesia mempunyai 34 propinsi, dan mempunyai banyak adat istiadat yang telah lahir dari zaman dahulu. Dari sabang hingga marauke banyak sekali budaya dan adat istiadat yang kita punya. Kebudayaan rumah adat salah satunya, merupakan karakteristik dari sebuah budaya yang lahir dari zaman dahulu. Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai banyak budaya yang beragam dan menarik untuk di telusuri. Setiap wilayah punya sejarah dan budaya yang berbeda dari wilayah lain nya. Rumah adat merupakan bangunan rumah yang mempunyai ciri khas bangunan suatu daerah yang di tempati nya.
            Hingga saat ini masih banyak suku di daerah-daerah Indonesia yang masih mempertahankan rumah adat dan budaya daerah nya sebagai bentuk dari memelihara nilai-nilai budaya itu sendiri. Bentuk dan arsitektur rumah-rumah adat di Indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur yang berbeda sesuai dengan budaya dan adat setempat. Rumah adat di Indonesia pada umum nya dihiasi oleh ukiran ukiran unik yang melambangan kebudayaan masyarakat daerah nya. Pada ukiran, jumlah tiang, atau atap nya masih kental akan kepercayaan nenek moyang zaman dahulu.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang budaya rumah adat yang terkandung di dalam rumah adat budaya Propinsi Papua Barat tersebut. Dari segi arsitektur bangunan, bahan bangunan, dan fungsi bangunan tersebut akan saya jelaskan di sini. Dan juga ingin memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia mengenai kebudayaan dari Propinsi Papua Barat.
Tujuan pembangunan rumah adat mod aki aksa selain sebagai tempat berlindung dan bemukim ialah sebagai tempat yang di anggap aman, karena bentuk bangunan rumah nya yang menjulang tinggi dan di design dengan cukup menarik untuk membuat rumah ini mempunyai fungsi nya masing masing.


BAB II
TIPOLOGI BANGUNAN

A. Pengklasifikasian Fungsi Ruangan dalam Rumah Adat Mod Aki Aksa
                Sebelum nya saya akan memberikan penjelasan mengenai rumah adat ini. Rumah adat yang terletak di Propinsi Papua Barat ini adalah rumah panggung yang berbentuk persegi. Biasa nya rumah adat ini tidak di lengkapi jendela, melain kan hanya  memiliki 2 pintu yang berada pada sisi depan dan sisi belakang dari rumah ini pada satu garis lurus. Di maksud kan tidak memiliki jendela demikian agar keluarga yang tinggal di rumah tersebut terhindar dari udara dingin serta bencana alam seperti badai.
Jika rumah berada di daerah yang semakin masuk ke daerah pendalaman, maka akan semakin tinggi konstruksi bangunan yang di buat. Mungkin saja bisa mencapai 4 meter, di karenakan semakin jauh dari lokasi umum, maka akan semakin banyak hewan/binatang buas di lingkungan sana dan biasa nya di gunakan untuk melindungi diri dari musuh yang terjadi karena sering ada pertikaian di wilayah tersebut.
Untuk bagian lantai dan dinding nya, masyarakat membuat nya menggunakan kulit kayu yang di pipihkan dengan cara di pukul pukul kemudian di keringkan dan kemudian di susun dengan rapat dan rapi sehingga dapat menutupi keseluruhan bangunan nya. Sementara untuk bangunan atap nya biasa nya terbuat dari daun pandan. Biarpun bahan tersebut akan menutupi keseluruhan dari dinding rumah, akan tetapi udara segar masih dapat masuk ke dalam rumah melalui celah celah dinding nya,
Berikut klasifikasi ruangan Rumah Adat Mod Aki Aksa:
1. Tiang penyangga
Pada umumnya, tiang tiang penyangga pada rumah adat ini di beri ukiran dan biasanya di lengkapi dengan patung nenek moyang, agar di lindungi dari kekuatan jahat menurut kepercayaan dan adat masyarakat disana.
2. Ukuran Bangunan
Ukuran bangunan rumah adat ini rata-rata berukuran 8x6 meter dengan tinggi atap sekitar 4 sampai 5meter.
3. Meiges
Meiges adalah sebutan untuk kamar tidur khusus pria dalam budaya rumah adat mod aki aksa.
4. Meraja
Meraja adalah sebutan untuk kamar tidur khusus wanita dalam budaya rumah adat mod aki aksa.
5. Ruang tengah
Ruang tengah dalam rumah adat mod aki aksa tidak di alasi batang batang nibung atau bambu, sehingga jika ada pesta adat berupa tarian, dapat mereka lakukan di atas tanah.
6. Kolong rumah (bagian bawah rumah)
Dengan kolong rumah yang luas dari bangunan tersebut, pemilik nya biasa nya memanfaatkan nya untuk menyimpan kayu bakar atau atau digunakan sebagai kandang ternak.

B. Filosofi dan Tradisi Kehidupan Suku
Rumah Mod Aki Aksa atau di sebut rumah  kaki seribu adalah rumah tradisional masyarakat arfak, komunitas terbesar di Manokwari, Papua. Manokwari adalah ibukota Propinsi Papua Barat. Kata Manokwari sendiri berasal dari bahasa biak numfor yang berarti “kampung tua”. Kota ini merupakan kota pemerintahan pertama di tanah Papua. Komunitas asli terbesar di Manokwari adalah masyarakat Arfak. Suku besar Arfak terdiri dari beberapa sub suku yaitu, Suogb, Hatam dan Meyah yang memiliki adat dan budaya yang sama, namun berbeda bahasa. Unik nya adalah walaupun mereka berbeda bahasa tapi masyarakat di sana dapat saling mengerti satu sama lain nya.  Nama asli dari rumah kaki seribu ini adalah rumah adat mod aki aksa atau di sebut Igkojei. Mungkin rumah adat ini berbeda dengan rumah adat panggung lain nya karena rumah adat ini bertumpu di atas tiang-tiang kayu yang jumlah nya bisa di katakan sangat banyak, berbeda dengan rumah panggung lain nya, yang biasa nya tiang tiang utama nya hanya di tempatkan di bagian sudut sebagai penyangga. Itu sebab nya rumah ini dikatakan rumah kaki seribu. Design rumah ini juga tahan gempa, mengingat seluruh konstraksinya menggunakan kayu secara keseluruhan nya. Kampung-kampung orang Arfak terletak di sekitar kawasan cagar alam pegunungan arfak. Secara tradisional orang atau suku dari arfak sendiri tinggal di rumah yang tertutup tanpa jendela dan hanya memiliki 2 pintu di sisi depan dan belakang. Kondisi alam yang dingin menyebabkan mereka harus pandai mendirikan bangunan yang dapat melindungi seluruh anggota keluarga mereka.
C. Hubungan Tipologi Bangunan dengan Filosofi Hidup Suku
Rumah adat tersebut adalah jenis rumah panggung. Bangunan rumah yang saya bahas yaitu arsitektur tradisional suku arfak (Papua Barat) yang terletak di kawasan pegunungan arfak. Di wilayah kawasan cagar alam pegunungan arfak inilah mempunyai lingkungan yang tidak padat, sehingga memperoleh udara segar dan kondisi geografis wilayah pegunungan arfak merupakan bukit bukit terjal dengan ketinggian rata rata 2000 meter dari permukaan laut. Hutan merupakan pemandangan di kanan kiri jalan dan di hampir seluruh wilayah pegunungan. Dengan peninggian bentuk panggung untuk bagian pondasi rumah ini, bertujuan untuk menciptakan rasa aman karena semakin jauh lokasi rumah dari tempat umum, maka akan semakin banyak binatang buas yang bisa saja berkeliaran dengan bebas pada malam hari. Dan bahan yang di gunakan untuk membangun rumah ini di katakan juga sederhana karena konstriksi rumah panggung ini keseluruhan nya hanya terbuat dari bahan kayu dan rumput ilalang sebagai bahan utnuk membuat atap atap.

BAB III
KEARIFAN LOKAL DALAM BANGUNAN
Kearifan lokal dalam rumah adat Mod Aki Aksa ini dapat dilihat dengan ada nya ukiran pada tiang tiang penyangga pada rumah adat  dan di lengkapi dengan patung nenek moyang, agar di lindungi dari kekuatan jahat menurut kepercayaan dan adat masyarakat disana. Serta bangunan pondasi rumah yang unik, yang hanya menggunakan kayu yang jumlah nya bisa di bilang sangat banyak yang membentuk rumah tersebut menjadi seperti rumah panggung. Berbeda dari kebanyakan rumah adat berbentuk panggung, yang biasa nya hanya memiliki tiang penyangga atau kaki di setiap sudut rumah nya saja, namun ini berbeda dengan rumah tinggal adat mod aki aksa yang dimana memiliki banyak kaki di setiap sudut rumah nya. Jarak antara setiap kaki-kaki bangunannya berkisar berjarak 30 centimeter saja. Di setiap sudut ruangan nya terdapat arti tersendiri bagi masyarakat di sana. Ada juga sebutan kamar untuk masing masing pria dan wanita. Dan ada pula bagian tertentu di alam rumah tersebut untuk melaksanakan upacara adat pada saat waktu yang tertentu. Rumah tersebut dikatakan tidak kalah hebat dengan rumah masa kini, karena hanya dengan pondasi kayu, rumah ini bisa tahan terhadap gempa dan badai yang bisa saja datang tiba tiba di wilayah tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari rumah adat Mod Aki Aksa ini yang saya dapat simpulkan adalah tinggal daerah yang dengan cuaca ekstrim harus pandai pandai mengkonstruksi bangunan rumah agar tetap aman dan nyaman tinggal di rumah tersebut. Dengan bekal adat istiadat dan budaya disana dapat kita simpulkan bahwa banyak sekali aneka ragam rumah panggung yang berbeda beda arti dan makna dari setiap bangunan nya.
Namun, semenjak di berlakukan nya program pemberdayaan kampung di wilayah papua, dan seiring berkembang nya zaman modernisasi dan para transmigran dari provinsi lain yang banyak berdatangan ke papua barat kini masyarakat mulai meninggalkan rumah mod aki aksa atau yang di sebut rumah kaki seribu tersebut. Saat ini populasinya semakin berkurang dan hanya bisa di temui di kampung-kampung atau lebih tepat nya berada di pendalaman di bagian tengah pegunungan Arfak. Hanya saja masyarakat disana kini lebih menyukai membangun rumah yang modern, yaitu rumah yang terdiri dari semen, seng, batako, dan mempunyai jendela.
Menurut masyarakat disana, biarpun kebudayaan tentang rumah ini semakin di tinggalkan, namun rumah asli papua barat ini sejatinya bukan hanya sekedar bangunan semata, melainkan juga termaksud kebudayaan, karena dapat mencerminkan lingkungan hidup masyarakat, kepercayaan, serta cara hidup komunitas di daerah setempat. Rumah mod aki aksa ini perlu di lestarikan kebudayaan nya dan di konservasi. Di setiap wilayah atau propinsi di Indonesia pasti mempunyai rumah adat atau rumah tradisional yang harus di lestarikan kebudayaan nya, begitu juga dengan rumah mod aki aksa ini. Melestarikan rumah tradisional ini berarti menjaga budaya yang sudah hidup di dalam diri masyarakat setempat sejak dahulu. Dalam upaya pelestarian rumah tradisional ini, diperlukan kerjasama antara berbagai banyak pihak, baik pihak masyarakat dan pihak pemerintahan setempat dalam upaya pelestarian rumah tradisional asal papua barat tersebut, agar tidak di lupakan begitu saja karena perkembangan jaman yang kini  semakin meningkat. Juga di perlukan bagi kaum muda mudi disana untuk tetap selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan dari nenek moyang nya. Tradisi ini lah yang memiliki nilai-nilai positif kehidupan yang baik untuk di pelajari oleh generasi masa depan kelak.


Gambar 4.1
Bentuk atap rumah pada mod aki aksa


Gambar 4.2
Tiang penyangga dan bentuk rumah adat Mod aki aksa jika di lihat dari depan

Ini adalah rumah adat papua barat atau yang di sebut Mod Aki Aksa yang berhasil saya abadikan dan saya kunjungi yang berada di ajungan Taman Mini Indonesia Indah. Dilihat dari bentuk nya rumah ini merupakan rumah jenis permanen, layak nya rumah modern yang menggunakan semen dan bata. Aksen ukiran khas suku-suku papua barat tampak di depan pintu masuk. Ada taman kecil menambah asri konsep bangunan rumah adat ini.

DAFTAR PUSTAKA

di akses tanggal 2maret 2015 pukul 19.30
di akses tanggal 12maret2015 pukul 20.45
di akses tanggal 12maret2015 pukul 22.40
di akses tanggal 16maret2015 pukul 20.12
di akses tanggal 20maret2015 pukul  21.19
di akses tanggal 25maret2015 pukul 20.35
di akses tanggal 30maret2015 pukul 23.30