Suku Arfak
(Papua)
Disusun oleh:
Zahra Fathan Kusuma
5C414631
1IA02
UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA
2014/2015
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia terkenal akan budaya
dan keragaman suku. Hal ini di tandai dengan macam-macam ragam budaya yang
Indonesia miliki saat ini. Walaupun mempunyai perbedaan di dalam beragam budaya
dan adat istiadat yang kita miliki satu sama lain, namun dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa kita saling menghargai perbedaan yang ada
antara satu sama lain. Suku di Indonesia beragam dari sabang sampai marauke,
dan setiap suku mempunyai karakteristik yang berbeda pula. Satu suku pasti
mempunyai adat atau kebiasaan yang lahir sejak adat itu terbentuk. Hingga saat
ini masih banyak suku di daerah-daerah Indonesia yang masih mempertahankan
budaya istiadat suku nya, salah satu nya adalah suku arfak.
Propinsi Papua di Indonesia
merupakan sebuah propinsi yang unik. Propinsi Papua sering kali di anggap
sebelah mata oleh orang-orang karena mereka masin ber-anggapan bahwa masyarakat
Papua masih primitive. Namun di balik ber-anggapan bahwa masyarakat Papua masih
primitive, disitulah seharusnya kita melihat, bahwa masyarakat Papua merupakan
salah satu masyarakat yang masih memegang teguh budaya dan adat isitiadat nya,
budaya asli Indonesia yang masih belum tercemar oleh pengaruh dari
negara-negara barat.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengenal serta mengetahui lebih dalam dan kita dapat mempelajari
dan mengenal tentang kebudayaan, mata pencaharian, adat istiadat dan serta lain
nya untuk memberikan penjelasan lebih tentang kebudayaan masyarakat Arfak.
Namun selain untuk menjelaskan tentang masrayakat Arfak itu sendiri, tujuan
lain yang mungkin di capai adalah untuk
dapat menambah wawasan bagi pembaca sehingga pembaca dapat mengerti
lebih jauh tentang kebudayaan masyarakat Arfak di Papua.
BAB
II
SEJARAH
ASAL USUL
Sejarah
Di pendalaman kota Manokwari ada
pegunungan Arfak yang berarti “pegunungan besar”. Penduduknya secara umum di
sebut orang Arfak. Namun suku besar Arfak sendiri terdiri dari beberapa sub
suku yaitu:
·
Moule
·
Meyah
·
Moskona
·
Mansim-borai
·
Kebar-karon
timur(Mpur)
·
Sough
·
Hatam
Manokwari adalah ibukota Provinsi
Papua Barat, yang terletak di kepala burung pulau papua. Secara Etimologi
Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti kampung tua. Sebab
Manokwari di kenal sebagai kota tertua dan tempat di mulai nya penyebaran Injil
di tahan Papua oleh Misionaris. Suku Arfak adalah komunitas asli terbesar di Kabupaten
Manokwari. Sesuai dengan nama nya, mereka tinggal di pegunungan Arfak yang
merupakan salah satu dataran tinggi di Kabupaten Manokwari.
Sejak Papua dimekarkan
menjadi dua propinsi yaitu: Papua dan Papua Barat, maka Manokwari sebagai ibukota
Papua barat yang terus berkembang secara pesat. Ketika di gunung sumberdaya
semakin terbatas, sebagian besar masyarakat mulai hijrah ke pinggr-pinggir kota
manokwari. Pada saat yang sama, dari seberang lautan kapal-kapal terus
berdatangan ke kota ini. Dengan adanya UU
No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, sebenarnya ada dua hal
yang perlu di garis bawahi, yaitu Affirmative Action (keberpihakan) dan
protection (perlindungan). Dari keduanya, rupanya barulah Affirmative action
yang mendapat penekanan dari pemerintah daerah, yaitu melalui pemihakan,
pemberdayaan dan kemandirian orang asli Papua dalam berbagai aspek.
A.
Asal usul kehidupan suku
Manokwari Ibukota Propinsi Papua
Barat adalah bisa di bilang Propinsi yang semakin hari semakin berkembang. Untuk
asal usul kehidupan suku, salah satu mampioper dalam patay menjelaskan suku
atau marga yang pertama kali dating dan bermukim di suatu tempat dengan seluruh
wilayah yang di jelajahi nya akan menjadi milik suku atau marga pemukim pertama
di wilayah tersebut. Mereka berhak memiliki atas tanah dan sumber daya alam
yang ada di dalam nya. Kelompok suku atau marga lain yang datang di kemudian
hari dapat memanfaatkan tanah berdasarkan aturan yang di tetapkan pertama.
Adapun pola kepemilikan dan penguasaan sumber daya alam di kelompokkan menjadi
3 bagian yaitu:
1) Warisan
Warisan yang berasal dari
keluarga atau kepemilikan keluarga yang di beri secara turun temurun.
2) Invasi ke wilayah marga lain
3) Ekspansi ke wilayah baru
Manokwari memiliki Topografi
dataran rendah perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi alam nya.
Masyarakat Arfak terutama mereka yang bermukim di kawasan ini memiliki nilai
dan kearifan budaya (Igya Ser Hanjob) yang artinya berdiri menjaga batas.
Secara filosofis nilai ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang ada di
alam ini termasuk manusia yang memiliki batas untuk mengelola nya, bilamana
misalnya batas tersebut dilanggar maka bencana akibatnya. Hakikat kosmologi
adalah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bukanlah hal yang tak
terbatas. Sebagai sebuah nilai (Igya Ser Hanjob) merupakan landasan hidup
masyarakat Arfak sehari-hari. Orang asli Papua selalu mengindari untuk
melakukan pelanggaran hak adat atas tanah dan sumber daya alam yang mereka
miliki bersama.
Gambar 2.1
Asal usul kehidupan suku arfak
B.
Filosofi kehidupan suku arfak
Nilai kehidupan suku Arfak bisa
di lihat dari wilayah yang merupakan kebanyakan hutan, berarti hutan merupakan
sumber buruan dan termaksud tempat yang cocok untuk bercocok tanam, mengambil
kayu, dan lain lain. Hasil hutan tersebut menjadi sumber pemenuhan kebutuhan
hidup dan rumah tangga. Secara sosial hutan merupakan sarana pengikat hubungan
sosial antar warga dan antar suku di wilayah tersebut. Hutan bisa menjadi
sarana instrumen untuk mengukur status sosial atau komunitas dalam satu marga
atau suku. Karena sejarah nya pada awalnya masyarakat lebih bergantung pada
alam yang secara tradisional mampu menerapkan praktek-praktek pengelolaan hutan
melalui kearifan lokal yang mengandung aspek konservasi. Dan secara garis besar
masyarakat disana memandang bahwa hutan dan tanah merupakan komponen yang tak
dapat terpisahkan. Serta mampu menyatukan antar sesama suku dalam proses
pelestarian sumber daya alam tersebut.
BAB
III
TRADISI
SUKU
Dalam masyarakat Arfak terdapat
struktur adat yang terdiri dari Andigpoy (kepala Adat), Pinjoydig (pembantu
tugas kepala adat) dan pinjoy piley (pelaksana tugas). Semua komponen institusi
adat harus dapat menjalankan segala tugas tugas nya sesuai dengan nilai-nilai
yang bersumber dari Igya Ser Hanjob. Nilai-nilai Igya Ser Hanjob juga dapat
terlihat dalam pola pengelolaan sumber daya alam nya.
Seperti suku-suku lain pada umum
nya, bahwa bangsa Indonesia tidak hanya punya rumah tradisional namun suku
Arfak juga memiliki cirikhas dari segi tarian tradisional nya. Salah satu yang
akan kita bahas adalah Tari Magasa. Tari Magasa ini lebih di kenal dengan
sebutan tari ular. Tarian ini bisa di namakan tari ular karena pada saat di
lakukan nya proses tarian di sertai dengan formasi seperti ular dengan likukan
dan gerakan yang sesuai dengan irama lagu yang telah di sajikan.
Buah merah merupakan symbol
budaya masyarakat papua dan juga di jadikan sebagai tarian yang di sajikan oleh
pemuda-pemuda dari masyarakat suku Arfak. Tarian ini konon dapat memukau banyak
orang bagi yang menyaksikan nya karena kemampuan para pemuda dalam membuat
koreogradi yang natural dan sangat unik. Selain itu juga sangat kental dengan
suasana tradisional di dalam nya dan itu lah yang menjadi tradisi suku
masyarakat papua.
Gambar 3.1
Tradisi suku dari Arfak
A.
upacara adat dan tatacara kehidupannya.
Tarian ular atau yang di sebut
Magasa ini di sajikan hanya pada acara-acara penting, misalnya saat di gelar
nya suatu perkawinan, saat panen datang, merayakan ulang tahun atau penyambutan
tamu yang akan datang. Tarian ini di pentaskan di hadapan para peonton secara
bersama-sama atau bisa berkelompok dalam mementaskan nya. Tarian ini di gerakan
saling berhimpitan dan bergandengan tangan, serta menghentakkan kaki ke tanah
serta melompat. Hal ini di karena kan tarian magasa berisi romantisme,
keindahan, serta kepahlawanan.
Barang-barang perhiasan yang
umumna dikenakan oleh pria dan wanita suku Arfak di sebut liya, yakni gelang
yang terbuat dari anyaman tali rotan, demi’ya atau yang di sebut kalung, miyepa
atau hiasan kepala yang di anyam menggunakan manik-manik dari bulu burung atu
kasuari, dan b reya dari anyaman kulit bulu burung atau kasuari untuk hiasan
kepala. Lebih dari 50 tahun yang lalu sebelum mengenal pakaian masa kini, orang
suku Arfak yang pria memakai cawat yang terbuat dari kayu, dan bagi yang wanita
cawat nya berupa ikat pinggang yang lebar nya 30cm, yang dalam bahasa meyah di
sebut mogra.
Di dalam waktu senggang, pria
duku arfak mengisi waktu nya dengan mengukir atau melukis busur dan panah-panah
nya. Ukiran-ukiran yang khas itu juga mereka buat sebagai alat peralatan untuk
perang atau untuk melengkapi senjata diri sendiri.
Gambar 3.2
Upacara adat suku Arfak
B.
Nilai yang bisa di ambil dari tradisi suku tersebut
Walaupun banyak yang menganggap
masyarakat suku Papua masih jauh dari peradaban modern, namun tata karma dan
budaya adat nya masih kental dan hingga sekarang masih di berlakukan aturan
sistem pelanggaran bagi yang melanggar hak adat tanah dan sumber daya alam. Pandangan
dan pemaknaan masyarakat adat Papua akan tanah di Papua umumnya terkategori
sebagai pandangan ekofeminisme. Tanah, di asosiasikan sebagai seorang ibu yang
melahirkan, membesarkan, menjaga dan menyimpan manusia ketika meninggal dunia
dan sebagai sumber kehidupan abadi. Kehadiran manusia di suatu tempat berkaitan
erat dengan karakteristik sumber daya alam.
BAB
IV
KESIMPULAN
Tanah Papua merupakan wilayah
yang sangat luas dan merupakan salah satu wilayah yang belum banyak orang
mendatangi wilayah tersebut, sehingga memungkinkan menjsdi tempat dimana
terdapat banyak suku suku asli Indonesia yang mendiami wilayah tersebut dan
belum kita ketahui seberapa banyak nya. Suku-suku asli Papua merupakan kekayaan
budaya yang harus kita pelihara dan lestarikan keberadaan nya yang merupakan salah
satu dari banyak beragam suku di Indonesia ini.
Suku Arfak merupakan salah satu
dari suku yang memiliki tata cara unik untuk dapat bertahan hidup. Serta
merupakan suku yang masih belum terjamah oleh dunia asing. Kita seharusnya
sebagai penduduk Indonesia harus turut serta menjaga kelestarian serta
kelangsungan hidup suku-suku tersebut agar tidak punah dan menghilang seiring
semakin nya berkembang budaya modern.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/54781102/Kebudayaan-Masyarakat-Arfak-Papua#scribd (di akses tanggal 17april pukul 21.00)
http://manokwari.bpk.go.id/?page_id=1302
(di akses tanggal 18 april pukul 12.00)
https://s2ppuns12.wordpress.com/2012/01/03/suku-hatam-terjepit-diantara-pegunungan-dan-gelombang-lautan/
(di akses tanggal 25 april pukul 17.00)
https://id-id.facebook.com/notes/paling-indonesia/menengok-kebudayaan-suku-arfak/221977107844547 (di akses tanggal 26 april pukul
20.00)
http://www.anneahira.com/suku-arfak.htm
(di akses tanggal 27 april pukul
20.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar